Selasa, 30 Oktober 2012

Pendeng Keramat


Gbr Balai Keramat





A.       Pendeng Keramat

Agama adalah sesuatu yang dianggap dari Tuhan Yang Maha Esa telah sedang dan akan mempengaruhi pola hidup dan tingkah laku para pemeluknya. Pengaruh agama dalam kehidupan berbudaya dan sebaliknya telah menciptakan suatu tradisi yang beraneka ragam. Dialektika hubungan agama dan tradisi terjadi dalam masyarakat yang digolongkan dalam golongan tradisional (Parlin, 2000). Hindu sebagai salah satu agama yang diakui keberadaannya di Indonesia dengan seperangkat nilainya telah mempengaruhi pola budaya dan tradisi pemeluknya. Aspek sosial budaya dari masyarakat setempat ketika agama Islam, Kristen mempengaruhinya tidak serta merta terkikis seketika, namun terjadi proses transformasi yang hingga kini masih terus berlangsung. Sebagai contoh adalah Pendeng Keramat  yang mengandung nilai adat dan budaya  ditinjau dari sarana dan prasarana upacara tersebut yang selalu diyakikni oleh masyarakat Hindu Kaharingan dan merupakan suatu tradisi leluhur secara turun temurun diperhatikan, dilestarikan sampai saat sekarang ini sehingga menjadi sebuah adat atau tradisi. Bahwa untuk memahami kebudayaan masyarakat dayak kalimamtan tengah tidak dapat dilepaskan dari agama Hindu Kaharingan yang telah memainkan peranan dalam membentuk kebudayaan itu, karena didalam kebudayaan tersebut terkandung unsur ritual keagamaan Hindu Kaharingan.
Akulturasi budaya agama Hindu Kaharingan menurut perkiraan telah ada sejak nenek moyang dulu kala yang pada asal mulanya disebut Agama Helu. Di Kalimantan Tengah khususnya, agama Hindu Kaharingan merupakan sebuah tradisi dan ritual adat istiadat yang turun temurun dari nenek moyang, sehingga melahirkan kearifan lokal yang mampu menciptakan suasana harmonis dalam kehidupan masyarakat Kalimantan Tengah. Upacara Pendeng Keramat adalah upacara pembangunan Keramat (berbentuk seperti rumah kecil) yang bertujuan untuk memberikan batas-batas antara manusia dengan mahluk gaib yakni dengan cara mendirikan sebuah keramat untuk tempat tinggal dari pada mahluk halus tersebut. Hal ini janganlah kita artikan secara sempit pembuatan keramat ini hanyalah sebagai simbol penghormatan manusia kepada mahluk halus agar tidak saling mengganggu kehidupan masing-masing. (wawancara, Rabiadi tanggal 28 desember 2011)
Terjaganya upacara Pendeng Keramat dalam kehidupan masyarakat Hindu Kaharingan ini tentunya tidak berlangsung begitu saja, melainkan ada nilai-nilai yang menjadi pandangan hidup dan sandaran di masyarakat. Menurut keyakinan orang dayak Kaharingan, kehidupan dipandang telah mengikuti suatu pola yang agung, teratur dan terkoordinasi yang harus diterima oleh mereka. Mereka harus menselaraskan diri dengan apa yang lebih agung dari mereka sendiri serta berusaha agar mereka tetap dalam keadaan damai dan tentram (selamat). Maksud utama praktek sosio religius orang dayak tidak lain kecuali mendapatkan keselamatan di dunia ini tetap lestari dan terjaganya Upacara Pendeng Keramat  ini menjadikan keunikan tersendiri bagi masyarakat Hindu Kaharingan. Walaupun di tengah gencarnya arus modernisasi dan globalisasi serta letak geografis serta pengaruh dari budaya luar yang berada di tengah kota/kabupaten, masyarakat Hindu kaharingan tetap setia menjalankan tradisi ritual tersebut. Hal inilah yang menimbulkan keinginan penulis meneliti lebih jauh mengenai upacara Pendeng Keramat. Di balik tradisi tersebut Hindu Kaharingan di Kalimantan Tengah khususnya di Sekolah Tinggi Agama Hindu Tampung Penyang (STAHN-TP) Palangka Raya yang merupakan pilar utama pencetak-pencetak umat Hindu yang berkualitas dan siap bersaing pada arus globalisasi dan pembangunan umat Hindu yang bermartabat, upacara Pendeng Keramat dirasakan sangat penting guna menjaga keharmonisan antara manusia dengan mahluk gaib yang ada di sekitar wilayah gedung STAHN-TP Palangka Raya agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Karena dengan menjaga hubungan yang tidak saling mengganggu kepentingan masing-masing maka akan tercipta suasana yang aman tanpa merasa keadaan yang tidak aman. Upacara Pendeng Keramat juga adalah sebagai salah satu contoh bahwa umat Hindu Kaharingan sangat menghormati keberadaan mahluk gaib yang juga merupakan ciptaan Ranying Hatalla sebagai bentuk Kemahakuasaan-Nya dalam menciptakan segala kehendaknya (wawancara, Sika U. Jatha tanggal 28 Desember 2011) . Karena itulah upacara pendeng keramat ini dilaksanakan oleh STAHN-TP Palangkaraya sebagai pengakuan keberadaan terhadap mahluk gaib tersebut dan juga sebagai sarana komunikasi antara manusia dan mahluk gaib tersebut.
Dalam pelaksanaan upacara ritual keagamaan Hindu Kaharingan sejak nenek moyang dahulu kala dilakukan oleh Basir/Pisor. Mereka ini memegang peranan yang utama dalam pelaksanaan kegiatan yang disebut dengan rohaniawan atau ulama Kaharingan. Bagi umat Hindu Kaharingan yang memiliki kedudukan terhormat karena dalam tugas melaksanakan upacara Pendeng Keramat bagi masyarakat Hindu Kaharingan. Di STAHN-TP Palangka Rata yang berperan dalam upacara Pendeng Keramat  adalah Basir karena Basir adalah orang yang memiliki pengetahuan tentang hal tersebut. Pelaksanaan upacara Pendeng Keramat  bagi masyarakat Hindu Kaharingan juga dapat menyesuaikan tradisi daerah masing-masing yang melaksanakan upacara tersebut tidak semua orang bisa melaksanakan, karena memiliki syarat tertentu dan memiliki pengetahuan serta keahlian khususnya pelaksanaan Balian. Basir adalah orang yang berpengalaman sebagai pelaksana upacara tersebut tentunya tidak bisa lepas dari ajaran yang telah mereka pelajari pada saat berguru, sehingga pelaksanaan upacara ritual tersebut kelihatannya berbeda-beda, namun tujuannya adalah sama, bahasa yang digunakan oleh para basir adalah menggunakan bahasa Sangiang (Bahasa Hatalla/Tuhan). Basir atau orang yang dituakan mempunyai ilmu pengetahuan didalam upacara dimaksud mempunyai peranan yang sangat penting pada setiap upacara Pendeng Keramat bagi masyarakat Hindu Kaharingan sesuaia dengan tugasnya masing-masing.
Sarana yang digunakan dalam upacara Pendeng Keramat ini semua memiliki nilai maupun makna tersendiri bagi umat Hindu Kaharingan itu sendiri. Adapun sarana yang digunakan adalah sebagai berikut.
-       Katil, Katil adalah tempat para Basir duduk saat Balian.
-       Katambung, Katambung adalah alat sejenis gendang kecil yang ditabuh para basir dalam balian.
-       Tambak. Tambak adalah mangkok yang berisi beras, giling pinang, uang logam dan beras hambaruan.
-       Purun atau tikar
-       Undus Tanak
-       Parapen
-       Supak Tatumbur
-       Garantung
-       Tampung papas
-       Bindang Garing
-       Balai Keramat adalah tempat bermukimnya para mahluk halus/gaib yang di anggap suci.
-       Ancak Mihing adalah tempat sesajen
-       Sesajen adalah berbagai macam makanan yang ditujukan untuk para mahluk halus maupun untuk Sahur Parapah (Manifestasi Tuhan).

B.       Rangkaian Upacara Pendeng Keramat di Palangka Raya.

Dalam setiap upacara keagaaman Hindu Kaharingan selalu mempunyai rangkaian upacara yang saling berkaitan antara upacara yang satu dengan yang lainnya. Tidak terkecuali dalam upacara pendeng keramat. Adapun rangkaian upacara Pendeng Keramat di Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Tampung Penyang (STAHN-TP) Palangka Raya adalah :
-       Penjemputan Basir
Penjemputan Basir adalah rangkaian pertama dalam upacara Pendeng Keramat. Karena Basir adalah orang yang mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Sangiang (bahasa Hatalla).
-       Balian Tantulak Dahiang
Balian Tantulak dahiang adalah balian yang bertujuan untuk menjauhkan segala hal yang bersifat negatif agar tidak mengganggu jalannya upacara Pendeng Keramat.
-       Mampendeng Keramat (membangun keramat)
Mampendeng Keramat adalah mendirikan balai keramat yang digunakan untuk tempat bersemayamnya mahluk halus.
-       Membuat Ancak Mihing
Pembuatan Ancak Mihing dilakukan oleh Basir  dengan Sarana bambu, kayu kajunjung, kayu mengkudu, bendera (kuning, merah dan putih), dan rotan.
-       Perbaikan Arah Burung Tingang
-       Mecaru
Dalam Bahasa Sanskerta, caru artinya cantik, indah, harmonis; dalam Bahasa Kawi, caru artinya kurban. Sebagai kata kerja, mecaru artinya menghaturkan kurban untuk memperindah dan mengharmoniskan sesuatu. Dalam arti yang lebih tegas, mecaru adalah suatu upacara kurban yang bertujuan untuk mengharmoniskan bhuwana agung dan bhuwana alit agar menjadi baik, indah, lestari. Dengan demikian, upacara mecaru adalah aplikasi dari filosofi Trihitakarana, seperti yang disebutkan dalam Lontar Pakem Gama Tirta, agar terjadi keharmonisan dalam hubungan antara manusia dengan Sanghyang Widhi (Parhyangan), hubungan antara manusia dengan sesama manusia (Pawongan) dan hubungan antara manusia dengan alam (Palemahan).
-       Balian Baramu
Balian Baramu adalah balian yang dilakukan untuk mengumpulkan alat upacara yang akan digunakan dalam pendeng keramat yaitu tulak (berangkat) nikap kayun  penyang karuhei tatau terdiri dari kayu busik, tali, gatang, kayu balawan, tabalien (ulin) kajunjung dan kanaruhung.
-       Balian Marawei Sahur
Balian Marawei Sahur adalah balian yang dilakukan untuk memberi tahu Sahur bahwa akan diadakannya upacara Pendeng Keramat diharapkan agar mereka bisa membantu untuk mengusir yang jahat agar tidak mengganggu jalannya upacara.
-       Tabuh
Adalah upacara puncak dalam upacara Pendeng Keramat. Yang mana dalam tabuh ini Para Basir mengkurbankan hewan kurban untuk sebagai makanan para mahluk halus yang ada dalam balai keramat yang akan didirikan nantinya.
-       Balian Pabuli Sangiang
Balian pabuli sangiang adalah balian yang dilakukan oleh para basir untuk memulangkan para sangiang (roh pembantu Tuhan) yang mereka gunakan dalam upacara Balian Pendeng Keramat.
-       Mengantar Para Basir Pulang
Mengantar para Basir Pulang kerumahnya masing-masing adalah rangkaian terakhir dari upacara Pendeng Keramat yang di lakukan di Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Tampung Penyang (STAHN-TP) Palangka Raya (wawancara Ugoi A. Bunu tanggal 29 desember 2011).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar