Gbr Balai Keramat |
A.
Pendeng
Keramat
Agama adalah sesuatu
yang dianggap dari Tuhan Yang Maha Esa telah sedang dan akan mempengaruhi pola
hidup dan tingkah laku para pemeluknya. Pengaruh agama dalam kehidupan
berbudaya dan sebaliknya telah menciptakan suatu tradisi yang beraneka ragam.
Dialektika hubungan agama dan tradisi terjadi dalam masyarakat yang digolongkan
dalam golongan tradisional (Parlin, 2000). Hindu sebagai salah satu agama yang
diakui keberadaannya di Indonesia dengan seperangkat nilainya telah
mempengaruhi pola budaya dan tradisi pemeluknya. Aspek sosial budaya dari
masyarakat setempat ketika agama Islam, Kristen mempengaruhinya tidak serta
merta terkikis seketika, namun terjadi proses transformasi yang hingga kini
masih terus berlangsung. Sebagai contoh adalah Pendeng Keramat yang mengandung nilai adat dan budaya ditinjau dari sarana
dan prasarana upacara tersebut yang selalu diyakikni oleh masyarakat Hindu
Kaharingan dan merupakan suatu tradisi leluhur
secara turun temurun diperhatikan, dilestarikan sampai saat sekarang ini
sehingga menjadi sebuah adat atau tradisi. Bahwa untuk memahami kebudayaan
masyarakat dayak kalimamtan tengah tidak dapat dilepaskan dari agama Hindu
Kaharingan yang telah memainkan peranan dalam membentuk kebudayaan itu, karena
didalam kebudayaan tersebut terkandung unsur ritual keagamaan Hindu Kaharingan.
Akulturasi budaya agama Hindu Kaharingan
menurut perkiraan telah ada sejak nenek moyang dulu kala yang pada asal mulanya
disebut Agama Helu. Di Kalimantan Tengah khususnya, agama Hindu
Kaharingan merupakan sebuah tradisi dan ritual adat istiadat yang turun temurun
dari nenek moyang, sehingga melahirkan kearifan lokal yang mampu menciptakan
suasana harmonis dalam kehidupan masyarakat Kalimantan Tengah. Upacara Pendeng Keramat adalah upacara pembangunan Keramat (berbentuk seperti rumah kecil) yang
bertujuan untuk memberikan batas-batas antara manusia dengan mahluk gaib yakni
dengan cara mendirikan sebuah keramat untuk tempat tinggal dari pada mahluk
halus tersebut. Hal ini janganlah kita artikan secara sempit pembuatan keramat
ini hanyalah sebagai simbol penghormatan manusia kepada mahluk halus agar tidak
saling mengganggu kehidupan masing-masing. (wawancara,
Rabiadi tanggal 28 desember 2011)
Terjaganya upacara Pendeng Keramat dalam kehidupan masyarakat Hindu
Kaharingan ini tentunya tidak berlangsung begitu saja, melainkan ada
nilai-nilai yang menjadi pandangan hidup dan sandaran di masyarakat. Menurut
keyakinan orang dayak Kaharingan, kehidupan dipandang telah mengikuti suatu
pola yang agung, teratur dan terkoordinasi yang harus diterima oleh mereka.
Mereka harus menselaraskan diri dengan apa yang lebih agung dari mereka sendiri
serta berusaha agar mereka tetap dalam keadaan damai dan tentram (selamat).
Maksud utama praktek sosio religius orang dayak tidak lain kecuali mendapatkan
keselamatan di dunia ini tetap lestari dan terjaganya Upacara Pendeng Keramat ini menjadikan keunikan tersendiri bagi
masyarakat Hindu Kaharingan. Walaupun di tengah gencarnya arus modernisasi dan
globalisasi serta letak geografis serta pengaruh dari budaya luar yang berada
di tengah kota/kabupaten, masyarakat Hindu kaharingan tetap setia menjalankan
tradisi ritual tersebut. Hal inilah yang menimbulkan keinginan penulis meneliti
lebih jauh mengenai upacara Pendeng Keramat. Di balik tradisi tersebut Hindu
Kaharingan di Kalimantan Tengah khususnya di Sekolah Tinggi Agama
Hindu Tampung Penyang (STAHN-TP) Palangka Raya yang merupakan pilar utama
pencetak-pencetak umat Hindu yang berkualitas dan siap bersaing pada arus
globalisasi dan pembangunan umat Hindu yang bermartabat, upacara Pendeng Keramat dirasakan sangat penting guna menjaga keharmonisan
antara manusia dengan mahluk gaib yang ada di sekitar wilayah gedung STAHN-TP
Palangka Raya agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Karena
dengan menjaga hubungan yang tidak saling mengganggu kepentingan masing-masing
maka akan tercipta suasana yang aman tanpa merasa keadaan yang tidak aman.
Upacara Pendeng Keramat juga adalah sebagai salah satu contoh bahwa umat Hindu
Kaharingan sangat menghormati keberadaan mahluk gaib yang juga merupakan
ciptaan Ranying Hatalla sebagai bentuk Kemahakuasaan-Nya dalam menciptakan
segala kehendaknya (wawancara, Sika U. Jatha tanggal 28 Desember 2011) . Karena
itulah upacara pendeng keramat ini dilaksanakan oleh STAHN-TP Palangkaraya
sebagai pengakuan keberadaan terhadap mahluk gaib tersebut dan juga sebagai
sarana komunikasi antara manusia dan mahluk gaib tersebut.
Dalam pelaksanaan upacara ritual
keagamaan Hindu Kaharingan sejak nenek moyang dahulu kala dilakukan oleh
Basir/Pisor. Mereka ini memegang peranan yang utama dalam pelaksanaan kegiatan
yang disebut dengan rohaniawan atau ulama Kaharingan. Bagi umat Hindu
Kaharingan yang memiliki kedudukan terhormat karena dalam tugas melaksanakan
upacara Pendeng
Keramat
bagi masyarakat Hindu Kaharingan. Di STAHN-TP Palangka
Rata
yang berperan dalam upacara Pendeng Keramat adalah Basir karena Basir adalah orang yang memiliki pengetahuan tentang hal
tersebut. Pelaksanaan upacara Pendeng Keramat bagi
masyarakat Hindu Kaharingan juga dapat menyesuaikan tradisi daerah
masing-masing yang melaksanakan upacara tersebut tidak semua orang bisa
melaksanakan, karena memiliki syarat tertentu dan memiliki pengetahuan serta
keahlian khususnya pelaksanaan Balian.
Basir adalah orang yang berpengalaman
sebagai pelaksana upacara tersebut tentunya tidak bisa lepas dari ajaran yang
telah mereka pelajari pada saat berguru, sehingga pelaksanaan upacara ritual
tersebut kelihatannya berbeda-beda, namun tujuannya adalah sama, bahasa yang
digunakan oleh para basir adalah menggunakan bahasa Sangiang (Bahasa
Hatalla/Tuhan). Basir atau orang yang dituakan mempunyai ilmu pengetahuan
didalam upacara dimaksud mempunyai peranan yang sangat penting pada setiap
upacara Pendeng Keramat bagi
masyarakat Hindu Kaharingan sesuaia dengan tugasnya masing-masing.
Sarana yang
digunakan dalam upacara Pendeng Keramat ini semua memiliki nilai maupun makna
tersendiri bagi umat Hindu Kaharingan itu sendiri. Adapun sarana yang digunakan
adalah sebagai berikut.
- Katil, Katil adalah tempat para Basir duduk saat Balian.
- Katambung, Katambung adalah alat sejenis gendang kecil yang ditabuh para
basir dalam balian.
- Tambak. Tambak adalah mangkok yang berisi beras, giling pinang, uang logam
dan beras hambaruan.
- Purun atau tikar
- Undus Tanak
- Parapen
- Supak Tatumbur
- Garantung
- Tampung papas
- Bindang Garing
- Balai
Keramat adalah tempat bermukimnya para mahluk halus/gaib yang di
anggap suci.
- Ancak Mihing adalah tempat sesajen
- Sesajen adalah berbagai macam makanan yang ditujukan untuk para mahluk
halus maupun untuk Sahur Parapah (Manifestasi Tuhan).
B.
Rangkaian Upacara Pendeng Keramat di Palangka Raya.
Dalam setiap
upacara keagaaman Hindu Kaharingan selalu mempunyai rangkaian upacara yang
saling berkaitan antara upacara yang satu dengan yang lainnya. Tidak terkecuali
dalam upacara pendeng keramat. Adapun rangkaian upacara Pendeng Keramat di
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Tampung Penyang (STAHN-TP) Palangka Raya
adalah :
- Penjemputan Basir
Penjemputan Basir
adalah rangkaian pertama dalam upacara Pendeng Keramat. Karena Basir adalah
orang yang mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Sangiang (bahasa
Hatalla).
- Balian Tantulak Dahiang
Balian Tantulak
dahiang adalah balian yang bertujuan untuk menjauhkan segala hal yang bersifat
negatif agar tidak mengganggu jalannya upacara Pendeng Keramat.
- Mampendeng Keramat (membangun keramat)
Mampendeng Keramat
adalah mendirikan balai keramat yang digunakan untuk tempat bersemayamnya
mahluk halus.
- Membuat Ancak Mihing
Pembuatan Ancak
Mihing dilakukan oleh Basir dengan
Sarana bambu, kayu kajunjung, kayu mengkudu, bendera (kuning, merah dan putih),
dan rotan.
- Perbaikan Arah Burung Tingang
- Mecaru
Dalam Bahasa Sanskerta, caru
artinya cantik, indah, harmonis; dalam Bahasa Kawi, caru artinya kurban.
Sebagai kata kerja, mecaru artinya menghaturkan kurban untuk memperindah dan
mengharmoniskan sesuatu. Dalam arti yang lebih tegas, mecaru adalah suatu
upacara kurban yang bertujuan untuk mengharmoniskan bhuwana agung dan bhuwana
alit agar menjadi baik, indah, lestari. Dengan demikian, upacara mecaru adalah
aplikasi dari filosofi Trihitakarana, seperti yang disebutkan dalam Lontar
Pakem Gama Tirta, agar terjadi keharmonisan dalam hubungan antara manusia
dengan Sanghyang Widhi (Parhyangan), hubungan antara manusia dengan sesama
manusia (Pawongan) dan hubungan antara manusia dengan alam (Palemahan).
- Balian Baramu
Balian Baramu
adalah balian yang dilakukan untuk mengumpulkan alat upacara yang akan
digunakan dalam pendeng keramat yaitu tulak (berangkat) nikap kayun penyang karuhei tatau terdiri dari kayu
busik, tali, gatang, kayu balawan, tabalien (ulin) kajunjung dan kanaruhung.
- Balian Marawei Sahur
Balian Marawei
Sahur adalah balian yang dilakukan untuk memberi tahu Sahur bahwa akan
diadakannya upacara Pendeng Keramat diharapkan agar mereka bisa membantu untuk
mengusir yang jahat agar tidak mengganggu jalannya upacara.
- Tabuh
Adalah upacara
puncak dalam upacara Pendeng Keramat. Yang mana dalam tabuh ini Para Basir
mengkurbankan hewan kurban untuk sebagai makanan para mahluk halus yang ada
dalam balai keramat yang akan didirikan nantinya.
- Balian Pabuli Sangiang
Balian pabuli sangiang
adalah balian yang dilakukan oleh para basir untuk memulangkan para sangiang
(roh pembantu Tuhan) yang mereka gunakan dalam upacara Balian Pendeng Keramat.
- Mengantar Para Basir Pulang
Mengantar para
Basir Pulang kerumahnya masing-masing adalah rangkaian terakhir dari upacara
Pendeng Keramat yang di lakukan di Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Tampung Penyang
(STAHN-TP) Palangka Raya (wawancara Ugoi A. Bunu tanggal 29 desember 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar